Cerita Bersambung: "Roda Kehidupan"
Part 5: Menyusun Langkah di Tengah Ancaman
Jagad berdiri terdiam di depan garasinya, menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai. Aroma cat semprot yang baru saja dilukiskan di kaca mobilnya masih tercium tajam. Kata-kata itu menohok hatinya: “Kamu sudah diperingatkan.”
Rasa marah dan takut bercampur aduk. Tangannya gemetar, dan hatinya berdebar keras. Ia tidak pernah menyangka ancaman yang awalnya hanya berupa kata-kata akan menjadi kenyataan.
Di balik segala ancaman itu, ada satu keyakinan yang semakin teguh dalam dirinya: ia tidak bisa mundur begitu saja. Usahanya telah tumbuh dari keringat dan perjuangan, dan ia tidak akan membiarkan orang lain merusaknya begitu saja.
“Tidak Ada Waktu untuk Takut”
Jagad menghubungi Riko segera setelah kejadian itu. Mereka sepakat untuk bertemu di warung kopi yang biasa mereka jadikan tempat diskusi. Jagad tiba lebih dulu, masih dengan ekspresi tegang di wajahnya.
“Ko, ini serius. Kaca mobilku dipecahin, dan di dekatnya ada cat semprot dengan pesan itu,” ujar Jagad tanpa basa-basi.
Riko mengernyitkan dahi, matanya langsung menunjukkan keprihatinan. “Itu sudah nggak main-main, Jad. Mereka nggak cuma ancam lewat telepon, sekarang mereka bertindak.”
Jagad mengangguk, mencoba tetap tenang. “Aku nggak akan diam, Ko. Aku akan bawa ini ke polisi. Tapi aku juga butuh bantuanmu. Kita harus cari bukti lebih banyak, supaya mereka nggak bisa lolos.”
Riko mengangguk serius. “Aku siap. Kita nggak bisa biarkan mereka begitu saja. Tapi, kita harus hati-hati. Jangan sampai kita jadi target berikutnya.”
Jagad memandang temannya itu dengan penuh keyakinan. “Aku sudah nggak takut. Sekarang kita harus gerak cepat.”
“Mencari Bukti”
Beberapa hari setelah kejadian itu, Jagad dan Riko mulai mencari cara untuk mengumpulkan bukti-bukti lebih lanjut. Malik yang sebelumnya sudah memberitahunya tentang praktik kotor Hendra, kini menjadi sumber informasi yang cukup berharga.
Malik menghubungi Jagad dan memberinya informasi lebih dalam tentang bisnis Surya Rent Car. Ia menceritakan bahwa di balik kesuksesan perusahaan itu, terdapat berbagai praktik tak transparan, termasuk penyogokan terhadap pejabat-pejabat setempat dan manipulasi harga untuk menekan pesaing kecil.
Jagad merasa semakin yakin bahwa ia harus melawan Hendra dengan cara yang cerdas. Namun, ia juga menyadari bahwa tidak cukup hanya dengan mengumpulkan informasi dari Malik saja. Ia perlu bukti yang lebih kuat.
Riko, yang sudah mulai mengerti betapa besar tantangan yang dihadapi Jagad, menyarankan untuk menyusup ke dalam jaringan Hendra dengan lebih hati-hati. “Kita butuh seseorang yang bisa mendekati mereka tanpa kecurigaan,” katanya.
Jagad terdiam. “Maksudmu...?”
Riko tersenyum sedikit licik. “Kamu bisa menyamar. Misalnya, jadi orang yang tertarik untuk bekerja sama dengan mereka. Kamu tahu kan, banyak yang gampang terperangkap dengan janji-janji manis.”
Jagad terkejut, namun ia mulai mempertimbangkan ide itu. “Kamu bilang... aku harus jadi bagian dari mereka?”
Riko mengangguk. “Ya, tapi bukan untuk jadi bagian dari perjanjian bisnis. Kamu harus bisa mendapatkan bukti lebih konkret tentang cara mereka bekerja. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, kita bisa langsung ambil tindakan.”
“Langkah Berbahaya”
Setelah berpikir matang, Jagad memutuskan untuk menyamar. Ia tahu ini adalah langkah berbahaya, tapi tak ada lagi pilihan lain. Hendra harus berhenti mengancamnya. Usahanya harus tetap berjalan, dan ia perlu bukti yang bisa menghentikan semua permainan kotor itu.
Jagad menghubungi Hendra dan menawarkan dirinya untuk bekerja sama. Dalam pesan yang ia kirimkan, ia menulis, “Saya tertarik dengan tawaran yang Anda berikan beberapa waktu lalu. Mungkin kita bisa membahas lebih lanjut mengenai kerja sama.”
Beberapa hari kemudian, Hendra membalas pesan Jagad dan mengundangnya untuk bertemu. Jagad menyiapkan diri dengan pakaian rapi dan membawa dokumen-dokumen yang mungkin diperlukan untuk meyakinkan Hendra.
Malam itu, mereka bertemu di sebuah restoran mewah di pinggir kota. Hendra menyambut Jagad dengan senyum yang lebih dingin dari yang ia bayangkan. Sambil menikmati hidangan, mereka mulai berbincang. Hendra memaparkan strategi bisnis Surya Rent Car dan menawarkan beberapa opsi kerja sama.
“Jadi, Anda ingin menjalin kerja sama, Jagad?” tanya Hendra sambil melirik tajam.
Jagad mengangguk dengan mantap, berusaha menunjukkan ketenangannya meskipun hatinya berdebar-debar. “Saya ingin tahu lebih lanjut. Saya sudah melihat potensi besar di industri rental mobil, dan saya rasa ini saat yang tepat untuk berkembang.”
Hendra tersenyum tipis. “Bagus. Saya suka semangat seperti ini. Tapi ingat, bisnis ini tidak mudah. Ada aturan yang harus kamu ikuti jika ingin bekerja dengan kami.”
Jagad merasa sesuatu yang tidak beres. Setiap kali Hendra berbicara tentang ‘aturan’, kata-katanya terdengar seperti sebuah ancaman terselubung. “Tentu saja, saya paham. Saya ingin memastikan kita bisa berkembang bersama.”
Pertemuan itu berlangsung lama, dan Jagad merasa semakin yakin bahwa Hendra bukanlah orang yang bisa dipercaya. Ia memutuskan untuk berhati-hati dan tidak langsung membuat keputusan apapun. Saat pertemuan berakhir, Jagad segera menghubungi Riko dan Malik untuk melaporkan apa yang baru saja terjadi.
“Mencari Titik Terang”
Malik segera bertindak setelah mendengar laporan Jagad. Ia mengatakan bahwa beberapa orang yang dekat dengan Hendra sudah mulai terguncang dengan adanya persaingan dari bisnis-bisnis kecil yang mulai berkembang. “Jika kamu benar-benar ingin menghentikan dia, Jad, kamu harus punya bukti kuat. Tidak hanya sekadar percakapan seperti tadi,” ujar Malik.
Jagad tahu, ini adalah titik balik dalam pertempurannya dengan Hendra. Ia harus mengumpulkan bukti yang bisa menjatuhkan nama Surya Rent Car. Jika mereka bisa membuktikan bahwa Hendra terlibat dalam praktik korupsi atau pemerasan, maka perlawanan ini bisa berakhir.
Riko memberi ide yang lebih berani. “Apa kamu yakin dengan rekaman percakapan kita tadi? Kita bisa gunakan itu untuk menekan mereka. Tapi, kita harus mencari lebih banyak informasi tentang transaksi keuangan mereka. Itu yang bisa jadi senjata utama kita.”
Jagad mengangguk. “Aku sudah mulai mencari jejak itu. Aku akan lakukan apapun demi membela usahaku.”
Namun, di tengah rencananya, ia kembali mendapat telepon misterius, kali ini suaranya terdengar lebih marah dan penuh ancaman.
“Kamu masih mau melawan, Jagad? Jangan coba-coba bermain dengan api, karena kali ini, kami tidak akan tinggal diam!”
Jagad mengatur napasnya, menenangkan diri. “Aku sudah siap, Hendra. Tidak akan ada lagi ancaman yang bisa menghentikan kami.”
“Menggali Kebenaran”
Dengan bantuan Riko dan Malik, Jagad terus menggali informasi lebih dalam tentang Surya Rent Car. Mereka menemukan transaksi-transaksi mencurigakan yang melibatkan pejabat-pejabat daerah, dan bukti ini bisa menjadi kunci untuk mengungkap kejahatan yang selama ini tersembunyi. Jagad tahu, ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang keadilan.
Dengan bukti yang semakin banyak, Jagad merasa semakin dekat untuk menghadapi Hendra. Namun, ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh resiko. Yang pasti, ia tidak akan berhenti. Usahanya adalah wujud dari perjuangan keras yang tidak bisa dirusak oleh siapapun.
Perang yang dimulai dengan ancaman, kini menjadi sebuah pertempuran besar yang tak hanya menyangkut dirinya, tetapi juga masa depan usahanya dan orang-orang yang telah mempercayainya. Jagad tahu, tidak ada jalan yang mudah, tetapi ia sudah siap menghadapi apapun yang datang.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda: