Cerita Bersambung: "Roda Kehidupan"
Part 6: Pertarungan di Persimpangan Takdir
Setiap langkah Jagad kini terasa lebih berat. Setiap keputusan yang diambil, meskipun tampaknya kecil, bisa membawa konsekuensi yang jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan. Namun, di balik itu semua, ia semakin yakin bahwa perjuangan ini adalah ujian yang harus ia lalui.
Dengan bukti yang semakin kuat mengenai praktek korupsi yang dilakukan oleh Surya Rent Car, Jagad memutuskan untuk membawa bukti-bukti itu ke pihak berwajib. Namun, ia tahu betul bahwa jalan ini tidak akan mudah. Hendra sudah pasti akan berusaha menekan atau bahkan membalas langkah ini dengan cara-cara yang lebih licik.
“Di Persimpangan”
Pada suatu sore yang mendung, saat Jagad sedang memeriksa beberapa kendaraan yang baru saja kembali dari penyewaan, ponselnya berbunyi. Panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Jagad ragu sejenak, tetapi akhirnya menjawab.
“Jagad, aku Malik. Ada hal penting yang perlu kamu ketahui.”
“Malik, ada apa?” jawab Jagad, suara sedikit terkejut.
“Dengar, aku sudah mendapatkan informasi baru. Hendra makin terdesak. Tapi dia juga semakin licik. Aku baru saja mendengar dia berencana untuk menggali lebih dalam tentang siapa yang memberi kamu informasi. Jadi hati-hati. Kalau kamu melangkah lebih jauh, mereka pasti akan menyerang.”
Jagad menarik napas panjang. “Maksudmu, mereka akan tahu kita yang melaporkan mereka?”
Malik mengangguk meskipun tidak bisa dilihat oleh Jagad. “Aku khawatir mereka sudah mulai memantau kita. Aku sendiri sedang mencari cara untuk lebih mendekati mereka, tapi kamu harus hati-hati. Jangan sampai mereka mencurigai kamu.”
Jagad terdiam sejenak. “Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?”
“Terus kumpulkan bukti. Jangan berhenti. Aku akan membantu, tapi jangan lengah. Kami juga perlu mempersiapkan rencana cadangan. Jika mereka tahu kamu bergerak terlalu cepat, mereka bisa melakukan apapun untuk menghentikanmu.”
Jagad mengangguk, meski Malik tidak bisa melihatnya. “Terima kasih, Malik. Aku akan lebih hati-hati.”
“Bukti yang Kian Menguat”
Malam itu, Jagad dan Riko kembali duduk di warung kopi yang sama. Riko membawa laptop dan beberapa dokumen yang mereka temukan selama pencarian mereka tentang Surya Rent Car. Mereka mencoba mengurutkan dan menganalisis setiap informasi yang mereka peroleh.
“Aku rasa kita sudah punya cukup bukti, Jad,” kata Riko, sambil menatap layar laptop. “Ini lebih dari sekadar transaksi mencurigakan. Kita punya bukti tentang aliran dana ilegal, suap, bahkan pemerasan yang melibatkan beberapa pejabat.”
Jagad menatap dokumen-dokumen itu dengan hati-hati. Semua informasi yang mereka kumpulkan selama ini semakin menunjukkan betapa kotor dan liciknya bisnis yang dijalankan oleh Hendra. Ia merasa sudah sangat dekat dengan titik terang. Namun, di balik itu semua, ada perasaan cemas yang semakin menggerogoti.
“Aku rasa ini sudah cukup untuk dilaporkan ke pihak berwajib. Tapi kita harus hati-hati. Kalau kita terlalu terburu-buru, mereka bisa merusak semuanya,” ujar Jagad.
Riko mengangguk setuju. “Kita harus sabar. Kalau perlu, kita siapkan media untuk mengungkapkan ini. Jangan biarkan mereka menutupi semuanya.”
Namun, seiring berjalannya waktu, Jagad semakin merasa ada sesuatu yang ganjil. Terlalu banyak kebetulan yang terjadi—telepon misterius, pengawasan terhadap dirinya yang semakin intens, dan serangan-serangan halus yang datang dari berbagai arah. Meskipun ia semakin yakin untuk melanjutkan perjuangannya, perasaan cemas itu semakin menghantuinya.
“Titik Balik”
Beberapa hari setelah percakapan dengan Malik, Jagad dan Riko memutuskan untuk bertindak. Mereka memilih untuk melaporkan bukti-bukti yang mereka miliki kepada pihak berwajib. Mereka sadar, tindakan ini bisa membawa mereka pada ancaman yang lebih besar. Namun, mereka sudah tidak bisa mundur.
“Jad, aku nggak bisa bilang kalau kita nggak akan jadi sasaran. Tapi jika kita diam saja, mereka akan terus mengancam kita. Kita harus bergerak sekarang,” kata Riko, memberi semangat pada Jagad.
Jagad mengangguk. “Ya, Ko. Aku sudah siap. Sekarang saatnya mereka tahu siapa yang mereka hadapi.”
Mereka segera menghubungi seorang pengacara yang sudah lama mereka kenal, untuk memastikan bahwa langkah mereka aman dan sesuai dengan hukum. Pengacara itu menjanjikan untuk membantu mereka, tetapi juga mengingatkan bahwa mereka harus siap menghadapi segala kemungkinan.
Hendra semakin lama semakin terdesak. Kabar tentang rencana Jagad untuk melaporkan dirinya ke pihak berwajib membuat Hendra marah besar. Ia mulai mengintimidasi orang-orang yang dekat dengan Jagad, mengancam mereka untuk tidak bekerja sama atau melaporkan apapun. Sementara itu, Jagad dan Riko tidak tinggal diam. Mereka mulai mencari dukungan dari beberapa media yang bisa membantu mengungkap kebenaran.
Namun, tak lama setelah mereka mengirimkan laporan kepada media, Jagad kembali menerima pesan singkat. Kali ini, pesan itu datang dari nomor yang sudah tidak asing lagi.
“Kamu yakin sudah siap melawan kami, Jagad? Tidak ada jalan mundur. Kami akan menghancurkanmu jika perlu.”
Pesan itu terasa seperti petaka. Jagad memandang layar ponselnya dengan serius. Ia tahu, ini adalah peringatan terakhir.
“Saat Kebenaran Terungkap”
Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Jagad dan Riko bersama dengan pengacara mereka, mulai mengungkapkan semua bukti yang mereka miliki. Bukti transaksi ilegal, suap, serta laporan dari saksi yang sudah berani berbicara. Berita tentang Surya Rent Car yang terlibat dalam tindak kejahatan mulai merebak.
Namun, di tengah kebahagiaan atas keberhasilan itu, Jagad mendapati bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang mengancam. Salah satu mobil yang ia sewa tiba-tiba hilang tanpa jejak. Semua orang yang ada di sekitar Jagad merasa panik, termasuk Riko. Mereka berdua tahu, ini bukan lagi tentang bisnis semata. Ini adalah permainan hidup dan mati.
“Kita harus cepat, Jad. Ini tidak hanya tentang mobil, ini tentang keselamatan kita semua,” kata Riko, dengan nada cemas.
Jagad berdiri, matanya penuh tekad. “Aku sudah siap menghadapi apapun, Ko. Jika mereka ingin perang, kita akan berperang dengan cara kita.”
Namun, perasaan Jagad semakin tidak enak. Di saat yang sama, ia menyadari bahwa musuh sebenarnya mungkin jauh lebih dekat dari yang ia bayangkan.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda: